Minggu, 15 Februari 2015

Kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya



        Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang sangat kuat pada masanya,Kerajaan Sriwijaya mencapai masa kejayanya saat pemerintahan berada di tangan Raja Balaputra Dewa.Berikut adalah beberapa factor berkembangnya Kerajaan Sriwijaya:
·        Letaknya sangat strategis, yaitu Selat Malaka.
·        Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
·        Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.

 Tetapi Kerajaan Sriwijaya pada masa pemerintahan Raja Sanggrama Wijayattunggawarman mendapat ancaman dari kerajaan Chola, kerajaan Chola di bawah pimpinan Raja Rajendra Chola melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya,Sanggrama Wijayattunggawarman pun menjadi tawanan kerajaan Chola, akan tetapi pada masa pemerintahan Kerajaan Chola di bawah pimpinan Raja Kulottungga I Raja Sanggrama Wijayattunggawarman dibebaskan kembali.
Dan pada abad ke 13 masehi Kerajaan Sriwijaya yang terkenal sebagai kerajaan maritim yang kuat kembali mengalami kehancuran,banyak faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran Kerajaan Sriwijaya diantaranya adalah sebagai berikut ini
ü  Tidak adanya raja yang cakap memerintah
Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap untuk memerintah Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami kemunduran.
ü  Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut
Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari laut.
ü  Berkurangnya kapal dagang yang singgah
Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut tidak strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan dari pajak
menurun.
ü  Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya
Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan Melayu.
ü  Terjadinya serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain
·         Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari Kerajaan Medang atas wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun 992.
·         Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Colamandala dari India Selatan atas Semenanjung Malaka pada tahun 1017.
·         Pendudukan yang dilakukan oleh Raja Kertanegara dari Singosari atas wiayah Melayu pada tahun 1270-1292. Pendudukan ini dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.
·         Adanya serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.
ü  Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
    Selain itu,ada pula beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Sriwijaya:
1.faktor alam
Kota palembang semakin jauh dari laut yang di akibat kan oleh pengendapan lumpur yang dibawa sungai musi dari sungai-sungai lain nya. Hal yang menyebabkan kapal-kapal dagang banyak yang tidak  singgah ke Sriwijaya.


2.faktor politik
Kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak karena adanya kerajaan-kerajaan baru yang memiliki kepentingan yang sama dalam dunia perdagangan misalnya kerajaan siam yang juga memiliki kepentingan yang sama dengan Kerajaan Sriwijaya dalam dunia perdagangan. keadaan tersebut semakin di perparah dengan jatuhnya wilayah-wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya kekerajaan siam misalnya di semenanjung malaka termasuk tanah genting kra, dengan jatuhnya kedua wilayah tersebut membuat kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
Masalah tidak hanya datang dari kerajaan siam yang telah berhasil mengambil ahli wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang ada di semenanjung malaya dan tanah genting kra, tetapi masalah juga datang dari daerah timur yang terdesak oleh perkembangan kerajaan singasari yang pada masa itu di perintah oleh raja kertanegara. Kerajaan singasari yang mempunyai cita-cita ingin menguasai seluruh wilayah nusantara dan mulai mengirim tim ekspedisi ke arah barat yang benama ekspedisi pamalayu dalam ekspedisi yang dilakukan oleh kerajaan singasari berhasil menguasai kerajaan melayu,pahang,dan kalimantan hal tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.


3.faktor ekonomi
Para pedagang yang melakukan aktifitas perdagangan di Sriwijaya semakin berkurang hal ini di karenakan wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan yang pernah dimiliki oleh Sriwijaya telah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan yang ada disekitar wilayah tersebut. Dengan demikian pendapat dan pemasukan Kerajaan Sriwijaya semakin sedikit dan dengan keadaan politis dan ekonomi yang semakin memburuk membuat Kerajaan  Sriwijaya menjadi kerajaan kecil yang wilayah kekuasaan nya hanya terbatas pada daerah Palembang saja. Dengan keadaan Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah,pada akhirnya Kerajaan Sriwijaya di hancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 Mesehi.

Inilah wilayah-wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya berdasarkan Prasasti Tanjore
Kawasan Sriwijaya dalam prasasti Tanjore
Nama kawasan
Keterangan
Pannai
Malaiyur
Mayirudingam

Ilangasogam
Mappappalam

Mevilimbangam

Valaippanduru

Takkolam

Madamalingam
Ilamuri-Desam
Nakkavaram
Kadaram

DAFTAR PUSTAKA


Minggu, 01 Februari 2015


Teori Masuknya Hindhu Budha di Indonesia dan Pengaruhnya






Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom yang mengungkapkan bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan pedagang (waisya).Mengingat bahwa sejak tahun 500 SM, Nusantara telah menjadi jalur perdagangan antara India dan Cina. Dalam perjalanan perdagangan inilah diperkirakan para pedagang India itu singgah di Indonesia dan menyebarkan agama Hindu. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Menurut para pendukung teori waisya, kaum waisya yang umumnya merupakan kelompok pedagang inilah yang berperan besar dalam menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara. Mereka yang menjadikan munculnya budaya Hindu sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat.. Pada saat itu, para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan hubungan itu yang membuka peluang terjadinya proses penyebaran agama dan budaya Hindu.


Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
a.            C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b.            Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
c.            J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

Kelemahan teori ini adalah tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Indonesia pernah ditaklukkan India.


Teori ini dikemukakan oleh J.C. Van Leur yang berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh golongan brahmana(Pendeta). Para brahmana datang ke Nusantara diundang oleh penguasa Nusantara untuk menobatkan menjadi raja dengan upacara Hindu (abhiseka = penobatan). Selain itu, kaum brahmana juga memimpin upacara-upacara keagamaan dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmana lah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
Kelemahan teori ini adalah bahwasanya telah diketahui di India ada peraturan bahwa brahmana tidak boleh keluar dari negerinya. Jadi, tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke Indonesia. 

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang mengungkapkan bahwa dalam proses penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia berperan sangat aktif dengan berdagang ke India,dan pulangnya membawa agama dan kebudayaan Hindu. Sebaliknya, orang-orang Indonesia (raja) mengundang para brahmana dari India untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Jadi, bangsa Indonesia sendiri yang aktif memadukan unsur-unsur kebudayaan India. Banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu–Buddha ke India dan setelah memperoleh ilmu, mereka kembali untuk menyebarkan agama di Tanah Air. Pendapatnya ini didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India dalam budaya Indonesia. Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan cendekiawan yang disebut "Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India disebutnya sebagai proses “penyuburan”. Hal-hal yang dilakukan para brahmana di Indonesia dalam rangka penghinduan, antara lain, 
a. Abhiseka, yaitu upacara penobatan raja, 
b. Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta), 
c. Kulapanjika, yaitu memberikan silsilah raja, dan 
d. Castra, yaitu cara membuat mantra. 

Terlepas dari teori tersebut , orang-orang Indonesia ikut memegang peranan penting dalam masuknya agama dan budaya India. Orang-orang Indonesia yang memiliki pengetahuan dari pada pendeta India kemudian pergi ke tempat asal guru mereka untuk melakukan ziarah dan menambah ilmu mereka.

Sekembalinya dari India dengan bekal pengetahuan yang cukup, mereka ikut serta menyebarkan agama dan budaya dengan memakai bahasa mereka sendiri. Ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dapat lebih cepat diterima oleh penduduk. Jadi, proses masuknya budaya India ke Indonesia menjadi lebih cepat dan mudah.

e. Teori arus balik 
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya menerima pengetahuan agama dari orang-orang asing yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang dan menyebarkannya setelah kembali ke kampung halamannya. Adapun teori mengenai perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha India di Asia, khususnya di Nusantara, sebagai berikut.
1. Kerajaan Kalingga di India pada abad ke-3 ditaklukkan Raja Ashoka dari Arya sehingga banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
2. Invasi (penguasaan) suku Khusana ke Indonesia menyebabkan banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
3. Coedes berpendapat bahwa kontak hinduisme ke Nusantara terjadi karena adanya larangan mencari emas ke Siberia oleh Kaisar Vespasianus. Oleh karena itu, para pedagang India mencari emas ke Swarnadwipa (Sumatra).

f. Teori sudra 
Teori ini dikemukakan oleh banyak orang. Intinya adalah bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum sudra yang datang di Nusantara untuk memperbaiki nasib.



 Pengaruh Masuknya Ajaran Hindu-Budha di Indonesia
        Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Budha dari india telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
a.     Agama
Ketika memasuki zaman sejarah,masyarakat di Indonesia yang semula menganut animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata cara krama, upacara-upacara pemujaan dan bentuk tempat peribadatan. Meskipun demikian, kepercayaan asli tidak hilang akibat tergeser oleh agama Hindhu dan Buddha

b.      Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalakan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu lahir kerajaan-kerajaan seperti kutai, tarumanegara dan sriwijaya.

c.       Arsitektur
Salah satu tradsi megalitikum adalah punden berudak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami perbuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan candi borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya beberbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya india-Indonesia.
  
d.      Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti besar berhuruf pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa sanskerta yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dsb.

e.    Bidang sosial 
Sebelum masuk pengaruh Hindhu dan Buddha, stratifikasi sosial didasarkan pada profesi. Namun setelah masuk pengaruh Hindhu dan Buddha, sistem stratifikasi mengikuti ola dari india yaitu pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta.

f.      Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayan dan Mahabarata. Adnya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia:
  1.       Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa
  2.       Sotasoma, karya Mpu Tantular, dan
  3.       Negarakertagama, karya Mpu Prapanca  

g.    Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan Hindu-budha terlihat darihasil-hasil kebudayaan seperti bangunan candi, senisastra, berupa cerita-cerita epos diantaranya Epos Mahabharata dan Epos Ramayana. Pengaruh lainnya adalah sistem tulisan. Kebudayaan Hindu-Budha amat berperan memperkenalkan sistem tulisan di masyarakat Indonesia.

h.   Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.


Sumber: